IPA sebagai ilmu terdiri dari produk dan
proses. Produk IPA terdiri atas fakta (misalnya: orang menghirup udara dan
mengeluarkan udara dari hidungnya, biji kacang hijau muncul hipokotil dan dan
epikotilnya dan akan bertambah panjang ukurannya saat ditanam pada kapas yang
disiram air), konsep ( misalnya: udara yang dihirup ke dalam paru-paru
lebih banyak kandungan oksigennya dibandingkan udara yang dikeluarkan dari
paru-paru, logam memuai bila dipanaskan), prinsip (misalnya: kehidupan
memerlukan energi, benda tak hidup tidak mengalami pertumbuhan), prosedur (misal,
pengamatan, pengukuran, tabulasi data, analisis data) teori, (misalnya: teori
evolusi, teori asal mula kehidupan), hukum dan postulat ( misal, hukum Boyle,
Archimedes, Postulat Kock). Semua itu merupakan produk yang diperoleh melalui
serangkaian proses penemuan ilmiah melalui metoda ilmiah yang didasari oleh
sikap ilmiah.
Keterampilan IPA juga menyangkut
keterampilan dalam berkomunikasi seperti (a) keterampilan menyusun laporan
secara sistematis, (b) menjelaskan hasil percobaan atau pengamatan, (c) cara
mendiskusikan hasil percobaan, (d) cara membaca grafik atau tabel, dan (e)
keterampilan mengajukan pertanyaan, baik bertanya apa, mengapa dan bagaimana,
maupun bertanya untuk meminta penjelasan serta keterampilan mengajukan
pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Jika aspek-aspek proses ilmiah
tersebut disusun dalam suatu urutan tertentu dan digunakan untuk memecahkan
suatu permasalahan yang dihadapi, maka rangkaian proses ilmiah itu menurut
Towle (1989) menjadi suatu metode ilmiah.
Rezba dkk. (1995) mendeskripsikan
keterampilan proses IPA yang harus dikembangkan
pada diri peserta didik mencakup
kemampuan yang paling sederhana yaitu mengamati, mengukur sampai dengan
kemampuan tertinggi yaitu kemampuan
bereksperimen. Secara skematis jalinan kemampuan proses IPA dapat
digambarkan pada gambar 2.
Menurut Bryce dkk. (1990) keterampilan
proses IPA mencakup keterampilan
dasar (basic skill) sebagai kemampuan yang terendah, kemudian diikuti dengan keterampilan proses (process
skill). Sebagai keterampilan tertinggi adalah keterampilan investigasi (investigation
skill). Keterampilan dasar mencakup: (a) melakukan pengamatan (observational
skill), (b) mencatat data (recording
skill), (c) melakukan pengukuran (measurement skill), (d) mengimplementasikan prosedur (procedural
skill), dan (e) mengikuti instruksi (following
instructions). Keterampilan proses
meliputi: (a) menginferensi (skill
of inference) dan (b) menyeleksi
berbagai cara/prosedur (selection of procedures). Keterampilan
investigasi berupa keterampilan merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan
hasil investigasi. Keterampilan tersebut
juga harus didasari oleh sikap ilmiah seperti sikap antusias, ketekunan, kejujuran, dan sebagainya.
Mengingat dari perkembangan mental peserta
didik SMP/MTs menurut Piaget (Carin dan
Sund, 1989) sebagian besar pada taraf transisi dari fase konkrit ke fase
operasi formal, maka diharapkan sudah mulai dilatih untuk mulai mampu berpikir
abstrak. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP terutama di kelas III
hendaknya sudah mengenalkan peserta didik
kepada kemampuan untuk mulai melakukan investigasi/ penyelidikan
walaupun sifatnya masih sangat sederhana.
Setidaknya, peserta didik sudah mulai dilatih untuk merencanakan
pengamatan/percobaan sederhana, mengidentifikasi variabel, merumuskan hipotesis
berdasar pustaka bukan sekedar menurut dugaan yang rasional berdasar logika,
mampu melakukan dan melaporkan percobaan/pengamatan baik secara tertulis maupun
lisan. Jika hal seperti itu dibiasakan maka hasil belajar yang dapat
dicapai benar-benar akan memuat unsur
kognitif, afektif dan psikomotor.
Untuk peserta didik sekolah menengah dalam konteks melakukan penyelidikan/investigasi sederhana, peserta didik seharusnya sudah dilatih bagaimana ia harus
mengorganisasi data untuk menjawab pertanyaan, atau bagaimana ia dapat
mengorganisasi kejadian-kejadian untuk dijadikan alasan pembenar yang paling
kuat. Selain itu, proses IPA juga
mencakup kemampuan untuk mengkomunikasikan baik secara tertulis berupa
pembuatan tulisan/karangan, pemberian label, menggambar, melengkapi peta
konsep, mengembangkan/ melengkapi
petunjuk kerja, membuat grafik dan mengkomunikasikan secara lesan kepada
orang lain (Walden University, 2000).
Menurut
DES (Cavendish, at all., 1990) proses IPA untuk sekolah menengah sudah
berbeda dengan sekolah dasar, yaitu meliputi: (a) kegiatan melakukan observasi,
(b) memilih kegiatan observasi yang relevan dengan investigasi/penyelidikannya
untuk dipelajari lebih lanjut, (c) menemukan dan mengidentifikasi pola-pola
baru dan menghubungkannya dengan
pola-pola yang sudah ada, (d) menyarankan dan menilai penjelasan-penjelasan
dari pola-pola yang ada, (e) mendesain dan melaksanakan percobaan,
termasuk melakukan berbagai pengukuran
untuk menguji pola-pola yang ada,
mengkomunikasikan (baik secara verbal, dalam bentuk matematika, atau grafik)
dan menginterpretasi tulisan-tulisan dan bahan ajar lainnya, (f) memakai
peralatan dengan efektif dan hati-hati, (g) menggunakan pengetahuan untuk
melaksanakan investigasi, (h) menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan
problem-problem yang berkait dengan teknologi.
Mengingat demikian luasnya kawasan
kajian keilmuan IPA berdasar ragam
obyek, ragam tingkat organisasi, dan ragam tema persoalannya, maka dalam
membelajarkan peserta didik untuk
menguasai IPA bukan pada banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih
kepada bagaimana agar peserta didik
berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap
ilmiah, dan peserta didik dapat
melakukan kerja ilmiah, termasuk dalam hal meningkatkan kreativitas dan
mengapresisasi nilai-nilai.
Download Contoh Silabus IPA Di Sini
Download Contoh Silabus IPA Di Sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar